Berkaitan masalah penciptaan Allah terhadap jin dan manusia, ada
perselisihan antara Ahli sunnah dan Mu'tazilah seperti yang
diungkapkan pada aspek satrawinya oleh Prof. Muhyiddin ad Darwisy
dalam bukunya: "I'rab al Qur'an al Karim", bahwa Allah swt tidak
membutuhkan segala sesuatu dari hambaNya, baik berupa
rejeki atau makanan.
Akan tetapi meninjau secara esensial tidak ada perselisihan
antara dua golongan ulama tersebut sebab kedua perselisihan itu
sama-sama bermuara pada keMahaKuasaan Allah terhadap segala
makhluknya. Adapun peribadatan yang Dia sebutkan dalam kalamNya,
adalah peribadatan secara kebutuhan makhluk an-sich (saja).
Hal ini diterangkan Allah pada ayat selanjutnya: "Aku tak
membutuhkan dari mereka (jin dan manusia) secuil rejeki pun, dan
Aku tak meminta mereka untuk memberi makanan " (QS. Adz
Dzariyat(51): 57), arti menurut Ibn Abbas: "memberi makanan untuk
diri mereka sendiri". Peribadatan sebagai kebutuhan makhluk
an-sich tersebut ditekankan dalam ayat ini sebagai argumentasi bahwa
justru Allah lah yang memberi rejeki dan memberi makanan kepada
mereka, bahkan pada ayat selanjutnya Allah malah menyebutkan
dengan asmaNya sendiri: "Sesungguhnya Allah Maha Pemberi Rezeki
lagi Maha mempunyai kekuatan yang dahsyat" (QS. Adz Dzariyat
(51): 58).
Adapun bila dikaitkan dengan kenapa Allah menciptakan alam
semesta, ada baiknya kita kaji kembali nila-nilai yang terkandung
dalam firman Allah swt.: " Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi serta peredaran malam dan siang merupakan tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal (Ulil Albab)" (QS. Ali Imran
(3);190)
Dalam tafsir al Manar, karangan ulama besar M. Rasyid Ridha pada
juz IV, disebutkan mengenai sebab turunya ayat tersebut dari
periwayatan Ibnu Abbas, bahwa kaum Quraisy datang pada orang
Yahudi dan bertanya: "Dengan apa Musa datang kepada kalian
menyerukan firman-firman Allah?", dijawabnya: "Dengan tongkat
saktinya dan tangan yang putih memancarkan sinar", kemudian
mereka (kaum Quraisy) datang kepada orang Nasrani: "Dengan apa
Isa datang pada kalian?" ,dijawabnya: "Dengan menyembuhkan orang
buta bawaan dan sakit lepra, serta menghidupkan orang mati. Lalu
mereka (kaum Quraisy) datang kepada Nabi saw. dengan pertanyaan
yang serupa maka turunlah ayat tersebut.
Disitu M. Rasyid Ridha menerangkan bahwa Allah menciptakan langit
dan bumi begitu pula sirkulasi siang dan malam sebagai sarana
berfikir bagi ibaad (para hambanya) agar tidak terjebak pada
jenis mirracle (atau keajaiban) hingga mereka bisa lebih leluasa
untuk beribadah kepada Allah semata dengan menggunakan
pikirannya. Dan ulul albab di atas diterangkan orang yang
mepunyai "al lub singularnya al bab" yang artinya poros
kehidupan, adapun "akal" bernama "al lub" karena mempunyai proses
induktif, memandang, mengambil manfaat dan mendapat petunjuk.
Begitulah penafsiran para Ulama, yang menetapkan sebuah
peribadatan sebagai kebutuhan manusia dan Allah swt.
tidakmembutuhkan segala sesuatu dari ciptaanNya. Wa Allahu A'lam.
www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
apakah kalian mengerti dengan maksud dan tujuan ALLAH SWT menciptakan alam semesta ini dan semua isi nya ???? :))