Rabu, 05 Desember 2012

karya tulis ilmiah


BAB 1
PENDAHULUAN

Kata Menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar maupun mahasiswa.Setiap orang pasti ingin mendapat nilai yang baik dalam ujian,dan sudah tentu berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu.Masalah menyontek selalu terkait dengan test atau ujian.Banyak orang beranggapan menyontek sebagai masalah yang biasa saja ,namun ada juga yang memandang serius masalah ini.

A.Latar Belakang
Umum (Indonesia Dunia)
Indonesia memiliki masalah hal yang sangat besar dalam hal kejujuran, khusus nya disini di dunia pendidikan salah satu masalah itu tampak jelas terlihat dari masih tinggi nya tingkat tindakan menyontek yang di lakukan oleh pelaku pendidikan di Indonesia, hal ini tentu nya membawa dampak buruk bagi Indonesia sendiri, khususnya untuk kualitas pendidikan kita. Sebagai mana kita ketahui bahwa Indonesia menduduki peringkat 53 dari 76 negara, berdasarkan kualitas pendidikan nya.|

Jawa Barat(Bandung)

Jawa Barat menduduki peringkat ke-15 dari 32 daerah di Indonesia dalam hal kejujuran,khusnya didunia pendidikan hal itu tampak terlihat dari perkembangan demi perkembangan dalam tingkat tindakan menyontek,hal ini membawa dampak negatif khususnya untuk masyarakat jawa barat
.

Artikel, motivasi by Admin Kmmp












B.Rumusan Masalah
  Khususnya bagi siswa di SMA Negeri 1 Bojongsoang kelas XI Ips1
a.Apakah menyontek dapat mempengaruhi prestasi siswa kelas XI Ips1 SMAN 1 Bojongsoang?
b.Mengapa sisawa kelas XI Ips1 SMAN 1 Bojongsoang menyontek?
c.Sejauh mana menyontek dapat mempengaruhi prestasi siswa kelas XI Ips1 SMAN 1 Bojongsoang?
d.Apakah buadaya menyontek dapat hilang dari dalam diri siswa SMAN 1 Bojongsoang?

C.Tujuan Penelitian
a.Mengetahui dan membandingkan keinginan belajar setiap siswa SMAN 1 Bojongsoang
b.Mengetahui dampak-dampak dari menyontek
c.Mengetahui prestasi siswa SMAN 1 Bojongsoang secara keseluruhan

D.Manfaat Penelitian
a.Memberikan penjelasan pada pembaca tentang hakikat menyontek
b.Diharapkan kepada siswa agar lebih percaya diri sehingga tidak lagi menyontek setelah mengetahui dampak-dampak menyontek.


E.Batasan Masalah
1.Dalam penelitian ini yaitu hanya untuk mengetahui sejauh mana penyontek dapat mempengaruhi prestasi siswa SMAN 1 Bojongsoang kelas XI Ips1


















BAB II
KAJIAN TEORI

1,1 Menurut Ahli
  Pengertian menyontek atau menjiplak menurut Purwadarminta sebagai suatu kegiatan mencontoh/meniru hasil tulisan,pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya.
Cheating(menyontek) Menurut Wikipedia Encyclopedia sebagai suatu tindakan tidak jujur yang dilakukan secara sadar untuk menciptakan keuntungan yang mengabaikan prinsip keadilan.Ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pelanggaran aturan main yang ada.
Abdullah Alhadza dalam admin(2004) mengutip pendapat dari Borwer(1964)yang mendefinisikan “ Cheating is legitmate end (achieve academic success or avoid academic faicure)”maksudnya”menyontek adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak syah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis. Pendapat Borwer ini juga senada dengan Beighton (1971) yang menyatakan “Cheating is attempt and individu as makes to attain success by unfair methods.” Maksudnya Cheating adalah upaya yang di lakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur.
  Berdasarkan uraian di atas maka yang di maksud dengan “Menyontek” dalam tulisan ini adalah segala perbuatan atau trik-trik yang tidak jujur, perilaku tidak terpuji atau perbuatan curang yabg di lakukan oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan tugs-tugas.
1.2 Menurut Kalangan Pelajar
Siswa kelas XI Ips 1 SMAN 1 Bojongsoang (2012) Menyontek adalah sebuah kebohongan yang di dasarkan pada aspek-aspek tertentu.

      Sungguh Dunia       Pendidikan kita sangat “Hebat” Siswa kelas XI Ips 1 menyatakan bahwa mereka semua melakukan praktik menyontek dalam proses mengajar, Sangat Miris!

Faktor siswa menyontek
Bisa di pengaruhi beberapa hal baik yang sifat nya berasal dari dalam (Internal) yakni diri sendiri maupu dari luar (Eksternsl) Misalnya dari guru,orang tua,maupun system pendidikan itu sendiri.


Faktor dari dalam diri sendiri
a.Kurang nya rasa percaya diri
b.Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu
c.Sudah menjadi kebiasaan
d.Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan

    Beberapa faktor penyebab di atas, dapat di kaitkan siswa memiliki masalah di sekolah dan konsep diri yang rendah.

Persentasi Penelitian
Di bawah ini kami memaparkan pelajaran yang sulit bagi siswa kelas XI Ips1 SMAN 1 Bojongsoang.
 
Siswa sering kali harus belajar extra keras saat akan menghadapi ujian. Namun kami sangat terkejut saat hasil penelitian menunjukan hanya 10% dari siswa kelas XI Ips1 yang belajar saat ulangan.

  Siswa kelas XI Ips1 menganggap bahwa menyontek adalah hal yang wajar, buktinya 50% dari sisw kelas XI Ips1 menyatakan bahwa menyontek adalah sesuatu yang biasa.
Tingkat keinginan siswa hanya 40% meskipun itu sudah cukup banyak namun setengah dari siswa kelas XI Ips1 menghabiskan waktu seengganya untuk menonton tv.
























BAB III

Metode Lapangan
  Data yang dikumpulkan berasal dari observasi langsung dilapangan, sehingga data tersebut lebih mutahir.

Metode Persuasif
  Metode ini paling banyak digunakan untuk membujuk (to persuade) orang sehingga secara tidak sadar mengikuti keinginan komunikator yang menyampaikan bujukan. Dengan metode persuasi, seseorang atau sekelompok orang tidak merasa bahwa perubahan dalam dirinya adalah akibat pengaruh dari luar. Dia yakin bahwa dorongan merubah sikap, pendapat atau perilakunya memang sudah lama ada dalam dirinya. Metode ini yang akan dibahas lebih lanjut karena dari pengalaman para ahli pemasaran dan perubah perilaku, persuasi adalah metode yang terbukti paling ampuh dalam mendorong perubahan dan mempertahankan perubahan itu dalam jangka yang sangat lama.






















BAB IV

Hasil Pembahasan
“Menyontek” merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari-hari, tetapi jarang mendapat pembahasan dalam wacana pendidikan kita di Indonesia. Kurangnya pembahasan mengenai “menyontek” mungkin disebabkan karena kebanyakan pakar menganggap persoalan ini sebagai sesuatu yang sifatnya sepele, padahal masalah menyontek sesungguhnya merupakan sesuatu yang sangat mendasar.
Dalam konteks kehidupan bangsa saat ini, tidak jarang kita mendengar asumsi dari masyarakat yang menyatakan bahwa koruptor-koruptor besar, penipu-penipu ulung mungkin adalah penyontek-penyontek berat ketika mereka masih berada di bangku sekolah. Atau sebaliknya, mereka yang terbiasa “menyontek” di sekolah, memiliki potensi untuk menjadi koruptor, penipu, dan penjahat krah putih dalam masyarakat nanti. Mengapa para pendidik dan para peneliti begitu tertarik mempersoalkan masalah “menyontek”? Dalam menjawab pertanyaan ini paling tidak terdapat dua alasan yang mendasar yaitu: (a) “menyontek” jelas sangat bertentangan dengan nilai-nilai dasar (fundamental) pendidikan; (b) “menyontek” dalam segala bentuknya membawa resiko negatif terhadap siswa, sekolah, dan masyarakat .
Pengertian menyontek atau menjiplak atau ngepek menurut Purwadarminta sebagai suatu kegiatan mencontoh/ meniru/ mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Cheating (menyontek) menurut Wikipedia Encyclopedia sebagai suatu tindakan tidak jujur yang dilakukan secara sadar untuk menciptakan keuntungan yang mengabaikan prinsip keadilan. Ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pelanggaran aturan main yang ada.

Faktor Penyebab
  Faktor dari dalam diri sendiri
• Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan soal. Biasanya disebabkan ketidaksiapan belajar baik persoalan malas dan kurangnya waktu belajar.
• Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.
• Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.
• Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan. Hal ini disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dari guru/dosen.
• Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat, yakni merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting sehingga mempengaruhi keseriusan belajar.
• Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu persoalan termasuk test/ujian.
• Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.
  Faktor dari Guru
• Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid menjadi malas belajar.
• Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada kesempatan untuk membuat soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.
• Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.
• Tidak ada integritas dan keteladan dalam diri guru berkenaan dengan mudahnya soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.
  Faktor dari Orang Tua
• Adanya hukuman yang berat jikalau anaknya tidak berprestasi.
• Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak
  Faktor dari Sistem Pendidikan
• Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang ada, akan tetapi sistem pengajarannya tetap tidak berubah, misalnya tetap terjadi one way yakni dari guru untuk siswa.
• Muatan materi kurikulum yang ada seringkali masih tumpang tindih dari satu jenjang ke jenjang lainnya yang akhirnya menyebabkan pelajar/siswa menganggap rendah dan mudah setiap materi. Sehingga yang terjadi bukan semakin bisa melainkan pembodohan karena kebosanan.

Angket Sebelum Perkembangan

  Kami siswa-siswi SMAN 1 Bojongsoang jurusan Ips mohon kesediaan teman-teman sekalian untuk mengisi angket ini,guna mengumpulkan data penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas KTI
Daftar pertanyaan untuk penelitian ini di rancang sedemikian rupa sehingga memudahkan teman-teman dan tidak membutuhkan waktu lama untuk mengisinya
ketulusan dan kerelaan menjawab pertanyaan ini sangat di harapkan.
Atas kesediaan dan partisipasi teman-teman dalam mengisi angket ini, saya ucapkan terimakasih.

  Dalam hal mengurangi kebiasaan menyontek di kelas XI Ips1
Oleh : Asep Wibawa
           Gina Sonia
           Riska Anggraeni
           Willy Aryanti
Identitas yang di wawancara
Nama :
Kelas :
Jenis kelamin :
Usia :
1.Pertanyaan : Apa pernah kamu menyontek?Jika pernah, seberapa sering kamu menyontek?
a.Pernah (2 kali)
b.Tidak pernah
c.sering
Jelaskan Alasan nya :
2.Kapan kamu pernah menyontek?
a.Saat lupa mengerjakan tugas/saat ulangan berlangsung
b.Tidak tau jawabannya
c.Saat ada kesempatan
Jelaskan Alasan nya:







Jawab
Siswa yang menjawab            Soal 1
(%)
Alasan
Jawab
Siwa yang menjawab Soal 2
(%)
Alasan
A
11 siswa

Sebagian besar karna tidak sempat menghafal dan merasa sulit dengan soal yang di kerjakan
A
18 Siswa

Salah satunya  karena tergantung keadaan kalo misalnya soal nya tidak sulit yah berusaha sendiri, kalo sulit yah mau engga mau menyontek demi mencapai nilaiyang bagus
B
-


B
7 Siswa

Salah satunya karena tidak mengerti dengan materi yang sudah disampaikan.
C
26 Siswa

Salah satunya karena kepepet sebagian besar juga karena faktor lupa.
C
12 Siswa

Salah satunya karena karena gurunya sering keluardan kesempatan untuk menyontek pun sangat besar.
 










BAB V

Saran & Kesimpulan

Saran
a.Pemberian test lisan ini dilakukan oleh kami secara bertahap
b.Mengadakan proses belajar tambahan kami lakukan di luar jam pelajaran
c.Coba membahas soal-soal yang tidak dimengerti kami lakukan pada jam pelajaran yang kosong,salah satunya adalah upaya kami dalam mengadakan proses belajar tambahan yang kami lakukan di luar jam pelajaran.

 


Kesimpulan
   Menyontek adalah sal;ah satu wujud prilaku dan ekspresi mental seseorang.Dalam batas-batas tertentu menyontek dapat di pahami sebagai suatu fenomena yang manusiawi,artinya perbuatan menyontek bias terjadi pada setiap orang,menyontek bias membawa dampak negative baik kepada individu maupun masyarakat,menyontek sangat ditentukan oleh faktor kondisional yaitu suatu situasi yang membuka peluang,bahkan mempfasilitasi perilaku menyontek.Dengan pemaparan dan isi karya tulis di atas di simpulkan bahwa menyontek dapat berpengaruh bagi prestasi siswa kelas XI Ips1 SMAN 1 Bojongsoang.

Penutupan
  ”Menyontek” adalah salah satu wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang. Ia bukan merupakan sifat bawaan individu, tetapi sesuatu yang lebih merupakan hasil belajar/pengaruh yang didapatkan seseorang dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, ”menyontek” lebih sarat dengan muatan aspek moral daripada muatan aspek psikologis.
Dalam batas-batas tertentu ”menyontek: dapat dipahami sebagai sesuatu fenomena yang manusiawi, artinya perbuatan ”menyontek” bisa terjadi pada setiap orang sehingga asumsi di depan yang menyatakan bahwa ada korelasi antara perilaku ”menyontek” di sekolah dengan perilaku kejahatan seperti korupsi di masyarakat adalah terlalu spekulatif dan sulit dibuktikan secara nalar ilmiah. Meskipun demikian tak dapat disangkal bahwa ”menyontek” bisa membawa dampak negatif baik kepada individu, maupun bagi masyarakat. Dampak negatif bagi individu akan terjadi apabila praktek ”menyontek” dilakukan secara kontinyu sehingga menjurus menjadi bagian kepribadian seseorang. Selanjutnya, dampak negatif bagi masyarakat akan terjadi apabila masyarakat telah menjadi terlalu permisif terhadap praktek ”menyontek” sehingga akan menjadi bagian dari kebudayaan, dimana nilai-nilai moral akan terkaburkan dalam setiap aspek kehidupan dan pranata sosial.
Sebagai bagian dari aspek moral, maka terjadinya ”menyontek” sangat ditentukan oleh faktor kondisional yaitu suatu situasi yang membuka peluang, mengundang, bahkan memfasilitasi perilaku ”menyontek”. Seseorang yang memiliki nalar moral, yang tahu bahwa ”menyontek” adalah perbuatan tercela, sangat mungkin akan melakukannya apabila ia dihadapkan kepada kondisi yang memaksa.
Mencegah ”menyontek” tidaklah cukup dengan sekedar mengintervensi aspek kognitif seseorang, akan tetapi yang paling penting adalah penciptaan kondisi positif pada setiap faktor yang menjadi sumber terjadinya ”menyontek”, yaitu pada faktor siswa/ mahasiwa, pada lingkungan, pada sistem evaluasi dan pada diri guru.
Oleh karena setiap orang berpotensi untuk melakukan ”menyontek” dan terdapatnya gejala kecenderungan semakin maraknya praktek menyontek di dunia pendidikan, maka perlu segera dilakukan review atau reformulasi sistem atau cara pengujian, penyelenggaraan tes yang berlangsung selama ini baik yang diselenggarakan secara massal oleh suatu badan atau kepanitiaan maupun yang diselenggarakan secara individual oleh setiap guru.

Angket sesudah penelitian

Keterangan : SS  : Sangat setuju
                      S    : Setuju
                     KS  :Kurang Setuju
                     TS  :Tidak Setuju
                     STS: Sangat Tidak Setuju
Beri tanda (x) yang sesui dengan pendapat kamu.


Pertanyaan
SS
S
KS
TS
STS
Siswa
(%)
1.Apa dengan mengadakan belajar bersama dapat menurunkan karakteristik siswa dalam menyontek?
X




12

2.Apa dengan pemberian reword dapat menjadikan sebuah motifasi untuk kamu supaya lebih giat dalam belajar?


X


5

3. Menyontek perbuatan yang tidak disiplin bagi seorang pelajar?
X




10

4.Menyontek dapat merugikan teman,guru dan diri sendiri?

X



7

5. Nilai besar tetapi hasil menyontek menjadikan tanda tanya besar bagi pribadi seorang penyontek?

X



3




 

Hasil Perkembangan penelitian

  Setelah kami melakukan upaya penelitian sejauh ini,salah satunya dengan mengadakn proses belajar tambahan,buktinya dari siswa kelas XI Ips1 yang tadinya gemar menyontek sebanyak 50% dalam kurun waktu kurang lebih 2minggu,dapat berkurang menjadi 26%.Untuk itu,dapat di simpulkan bahwa upaya kami untuk mengurangi kebiasaan menyontek para siswa dengan melakukan upaya-upaya tersebut,secara garis besar kami nyatakan BERHASILJ

Senin, 13 Agustus 2012

tujuan ALLAH SWT menciptakan alam semesta

Allah menciptakan dunia tidak untuk main-main atau sendau gurau, tetapi Allah menciptakannya untuk suatu hikmah yang agung, sebagaimana firman Allah:

إِنَّا جَعَلْنَا مَاعَلَى اْلأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً

"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya". [Al Kahfi :7].

Allah menciptakan dunia tidak lain ialah sebagai ladang kampung akhirat dan kampung untuk beramal. Sedangkan akhirat sebagai kampung menuai balasan. Barangsiapa mengisi dunia dengan amal shalih, niscaya ia akan menuai keberuntungan di dua kampung tersebut. Sebaliknya, barangsiapa yang menyia-nyiakan dunianya, niscaya ia akan kehilangan akhiratnya.
Dunia bukanlah segala-galanya, akan mengalami kehancuran. Ia hanya jembatan penyeberangan belaka. Segala prasarana dan sarana yang Allah adakan di dunia ini, harta, kekuasaan dan lain-lain, semestinya dioptimalkan sebesar-besarnya untuk kepentingan yang lebih besar, meraih kehidupan akhirat yang paling baik.

Karena itu, pada hakikatnya dunia tidak tercela dzatnya. Pujian atau celaan tergantung pada tindak-tanduk seorang hamba dalam menjalani siklus kehidupannya di dunia. Sekali lagi, dunia, kehidupannya bersifat maya.

Kehidupan yang baik yang diperoleh penduduk surga, tidak lain karena kebaikan dan amal shalih yang telah mereka tanam ketika di dunia. Maka dunia adalah kampung jihad, shalat, puasa dan infak di jalan Allah, serta medan untuk berlomba dalam kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada penduduk surga, artinya :

كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَآأَسْلَفْتُمْ فِي اْلأَيَّامِ الْخَالِيَةِ

"(Kepada mereka dikatakan) “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu (ketika di dunia)”. [Al Haqqah : 24].

Selayaknya kita bersiap diri meninggalkan kampung dunia menuju kampung akhirat dengan selalu menambah simpanan amal kebaikan dan bersegera memenuhi panggilan Allah.

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu berkata: “Sesungguhnya dunia telah habis berlalu dan akhirat semakin mendekat. Dan masing-masing mempunyai anak keturunan. Jadilah kalian anak keturunan akhirat dan jangan menjadi anak keturunan dunia, karena sekarang kesempatan beramal tanpa ada hisab (peratnggungjawaban) dan besok di akhirat masa perhitungan amalan dan tidak ada kesempatan beramal”. Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu juga mengatakan: “Halalnya adalah dipertanggungjawabkan, dan haramnya adalah neraka”.

Wahai saudaraku kaum muslimin, ingatlah terhadap empat hal : Aku tahu bahwa rezekiku tidak akan dimakan orang lain, maka tenteramlah jiwaku. Aku tahu bahwa amalku tidak akan dilakukan orang lain, maka akupun disibukkannya. Aku tahu bahwa kematian akan datang tiba-tiba, maka segera aku menyiapkannya. Dan aku tahu bahwa diriku tidak akan lepas dari pantauan Allah, maka aku akan merasa malu kepadaNya. [Lihat Manaqib Al Iman Ahmad, Ibnu Jauzi, Maktabah Al Hany, Bab As Siaru, Vol. 11, hlm. 485 dan Wafayat Al A’yan, Op.Cit, Vol. 2, hlm. 27].

Orang yang mengosongkan hatinya dari keinginan dunia akan merasa ringan tanpa beban, total menyongsong Allah dan mempersiapkan diri untuk datangnya perjalanan. Mengosongkan hati untuk dunia yang fana bukan berarti meninggalkan dunia kerja, enggan mencari kehidupan dunia dan tidak mencoba berusaha. Islam sendiri memerintahkan untuk bekerja dan menganggapnya sebagai satu jenis jihad, bila dengan niat yang tulus dan memenuhi syarat amanah dan ikhlas, serta tidak melanggar syariat. (Ummu Ahmad)..

maka dari itu , kita harus bersyukur atas apa yang telah allah stw berikan kpada kita :D



Rabu, 08 Agustus 2012

untuk apa ALLAH SWT menciptakan alam semesta , sedangkan ALLAH SWT tidak membutuhkan hasil ciptaan-Nya

Berkaitan masalah penciptaan Allah terhadap jin dan manusia, ada perselisihan antara Ahli sunnah dan Mu'tazilah seperti yang diungkapkan pada aspek satrawinya oleh Prof. Muhyiddin ad Darwisy dalam bukunya: "I'rab al Qur'an al Karim", bahwa Allah swt tidak membutuhkan segala sesuatu dari hambaNya, baik berupa rejeki atau makanan.

Akan tetapi meninjau secara esensial tidak ada perselisihan antara dua golongan ulama tersebut sebab kedua perselisihan itu sama-sama bermuara pada keMahaKuasaan Allah terhadap segala makhluknya. Adapun peribadatan yang Dia sebutkan dalam kalamNya, adalah peribadatan secara kebutuhan makhluk an-sich (saja).

Hal ini diterangkan Allah pada ayat selanjutnya: "Aku tak membutuhkan dari mereka (jin dan manusia) secuil rejeki pun, dan Aku tak meminta mereka untuk memberi makanan " (QS. Adz Dzariyat(51): 57), arti menurut Ibn Abbas: "memberi makanan untuk diri mereka sendiri". Peribadatan sebagai kebutuhan makhluk an-sich tersebut ditekankan dalam ayat ini sebagai argumentasi bahwa justru Allah lah yang memberi rejeki dan memberi makanan kepada mereka, bahkan pada ayat selanjutnya Allah malah menyebutkan dengan asmaNya sendiri: "Sesungguhnya Allah Maha Pemberi Rezeki lagi Maha mempunyai kekuatan yang dahsyat" (QS. Adz Dzariyat (51): 58).

Adapun bila dikaitkan dengan kenapa Allah menciptakan alam semesta, ada baiknya kita kaji kembali nila-nilai yang terkandung dalam firman Allah swt.: " Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta peredaran malam dan siang merupakan tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Ulil Albab)" (QS. Ali Imran (3);190)

Dalam tafsir al Manar, karangan ulama besar M. Rasyid Ridha pada juz IV, disebutkan mengenai sebab turunya ayat tersebut dari periwayatan Ibnu Abbas, bahwa kaum Quraisy datang pada orang Yahudi dan bertanya: "Dengan apa Musa datang kepada kalian menyerukan firman-firman Allah?", dijawabnya: "Dengan tongkat saktinya dan tangan yang putih memancarkan sinar", kemudian mereka (kaum Quraisy) datang kepada orang Nasrani: "Dengan apa Isa datang pada kalian?" ,dijawabnya: "Dengan menyembuhkan orang buta bawaan dan sakit lepra, serta menghidupkan orang mati. Lalu mereka (kaum Quraisy) datang kepada Nabi saw. dengan pertanyaan yang serupa maka turunlah ayat tersebut.

Disitu M. Rasyid Ridha menerangkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi begitu pula sirkulasi siang dan malam sebagai sarana berfikir bagi ibaad (para hambanya) agar tidak terjebak pada jenis mirracle (atau keajaiban) hingga mereka bisa lebih leluasa untuk beribadah kepada Allah semata dengan menggunakan pikirannya. Dan ulul albab di atas diterangkan orang yang mepunyai "al lub singularnya al bab" yang artinya poros kehidupan, adapun "akal" bernama "al lub" karena mempunyai proses induktif, memandang, mengambil manfaat dan mendapat petunjuk.

Begitulah penafsiran para Ulama, yang menetapkan sebuah peribadatan sebagai kebutuhan manusia dan Allah swt. tidakmembutuhkan segala sesuatu dari ciptaanNya. Wa Allahu A'lam.



www.google.com